Perlindungan Kolaboratif untuk Mencegah Perilaku Seksual Menyimpang pada Anak Sebagai Respon Fenomena Ditemukannya Grup Siswa LGBT di Sekolah Dasar Pekanbaru
Ditulis oleh: Rizki Aditya Putra, S.K.Pm, CPS.
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB
Miris lagi Tragis! Sebuah fenomena mencengangkan datang dari Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Ditemukan grup WhatsApp komunitas LGBT pada HP sekelompok siswa sekolah dasar (SD), saat pihak sekolah melakukan razia handphone dan meminta membuka kata sandi. Tentunya hal ini menghebohkan jagat pemberitaan di seluruh negeri. Fenomena ini menjadi “lampu kuning” bagi kita semua bahwa perilaku seks yang menyimpang sudah masuk ke ranah sekolah dasar. Tidak lain dan tidak bukan, hal tersebut dikarena keterdedahan media sosial dan penggunaan yang tidak terkontrol oleh anak-anak, sehingga eksplorasi yang mereka lakukan terlalu jauh, tanpa mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Masalah penanggulangan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) merupakan isu kompleks yang mempengaruhi masyarakat kita, bahkan saat ini sampai menjangkit kelompok usia SD atau anak-anak. Hal ini dapat menjadi teguran bagi kita semua untuk sadar bahwa “virus masyarakat” ini memiliki kecepatan menjangkit yang lebih cepat dari perkiraan. Hal ini menjadi tanggung jawab kita sebagai masyarakat untuk melindungi generasi bangsa dari ancaman perilaku seks menyimpang yang berpotensi memunculkan penyakit menular seksual.
Konsep ABGCM (Academy, Bisnis, Government, Community, dan Media) menjadi salah satu bentuk kolaborasi stakeholder dalam menjaga keberlanjutan sebuah program. Merespon dari fenomena LGBT SD di Pekanbaru, maka perlu ditambahkan satu komponen yaitu O atau orang tua sebagai sosok terdekat yang dimiliki anak saat ini. Peran kolaborasi ABGCMO dijelaskan pada uraian berikut:
Akademisi
Akademisi memiliki peran penting dalam memahami dan mengkaji isu LGBT secara ilmiah. Dengan melakukan penelitian yang mendalam, akademisi dapat menyediakan pemahaman yang lebih baik tentang kompleksitas identitas gender dan orientasi seksual yang nanti penyampaiannya disesuaikan dengan umur pendengarnya. Mereka juga dapat berperan dalam merancang pendidikan dan pelatihan bagi para profesional, termasuk pendidik dan konselor. Pendekatan akademis yang obyektif dan penelitian yang berkualitas akan memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan yang tepat di berbagai sektor.
BISNIS
Jangan salah, bahwa bisnis sebagai pemegang modal dan pengatur ekonomi perlu andil dalam pengendalian sosial pencegahan perilaku menyimpang bagi anak dan remaja. Bisnis perlu memberikan layanan-layanan ramah anak dan sadar perilaku penyimpangan seksual. Caranya dengan tidak menjadi sponsor dalam kegiatan-kegiatan yang berpotensi menjadi tempat pembentukan perilaku menyimpang. Meskipun pertimbangannya adalah untung rugi, namun paradigma ini perlu dipertimbangkan karena anak-anak adalah konsumen masa depan, sehingga menjaga kesehatan anak-anak artinya menginvestasikan sumberdaya sebagai modal keberlanjutan usaha.
Government atau Pemerintah
Pemerintah di bawah koordinasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KemenPPPA) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki tugas yang seiringan, yaitu mencegah terjadinya perilaku seksual menyimpang terjadi pada masyarakat, termasuk pula pada anak-anak. Banyak program yang telah dibuat. Namun, perlu dikaji ulang, apakah program yang telah dilakukan memang memiliki dampak langsung terhadap penurunan kasus perilaku seksual menyimpang. Intervensi pemerintah bisa berupa pemberlakuan kebijakan dan sanksi, pendanaan dilaksanakannya edukasi anak, remaja, dan orang tua tentang bahaya LGBT, serta memfasilitasi generasi melakukan kegiatan bermanfaat agar anak-anak melupakan kegiatan-kegiatan yang berpotensi membawa efek negatif bagi mereka. Pembentukan komunitas seperti Forum Anak dan Forum Generasi Berencana mesti membuat program yang prioritasnya pada pengabdian kepada masyarakat, bukan hanya sekadar sosialisasi, namun juga penyuluhan yang berbasis praktik nyata tentang bagaimana dampak jika terjerumus pada perilaku seksual menyimpang.
Community atau Masyarakat
Masyarakat sebagai “lingkungan bermain” bagi anak-anak juga perlu menyadari bahwa mereka adalah tempat anak-anak bertumbuh, belajar, dan mengasah kemampuannya, baik kemampuan motorik, maupun kognitif. Masyarakat umum perlu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk anak-anak berkembang. Misalnya, masyarakat membentuk kegiatan sosial yang melibatkan anak atau remaja, memperkaya mereka dengan pengetahuan, dan mengawal perilaku mereka secara bersama-sama. Masyarakat ini termasuk juga rekan-rekan sepermainan dan warga sekolah.
Media
Para aktivis media sebagai “ratu dunia” memiliki efek untuk mendatangkan opini masyarakat di media sosial. Penting sekali content creator yang sadar akan pentingnya menjaga generasi bangsa dari perilaku seksual menyimpang untuk “berperang” dengan content creator yang pro terhadap LGBT. Memperbanyak produksi konten mengenai pengetahuan dan dampak jika seseorang mencoba untuk mengikuti perilaku seksual menyimpang, agar warganet terdoktrin untuk tidak melakukan perbuatan tersebut. Menurut penelitian, intensitas terpaan informasi media sosial memiliki hubungan yang nyata terhadap persepsi yang nantinya berdampak pada perilaku seseorang di dunia nyata.
Orang Tua
Orang tua menjadi garda terdepan dalam melakukan pencegahan terhadap perilaku menyimpang seksual. Didikan yang bijaksana dan tegas terkait dengan dampak perilaku menyimpang seksual menjadi salah satu langkah awal untuk menghindarkan anak-anak dari hal-hal yang tidak diinginkan. Orang tua perlu mendampingi setiap kegiatan anak dan mengingatkannya untuk selalu melakukan hal-hal yang baik. Dampingi anak dalam penggunakan internet karena kurangnya kontrol informasi menyebabkan anak-anak mengalami keterdedahan informasi yang bebas dan tidak tersaring. Anak-anak akan mengingat apa yang dia lihat dan kemudian mengaplikasikannya pada kegiatan mereka sehari-hari.
Pencegahan perilaku seksual menyimpang pada anak-anak, termasuk LGBT, membutuhkan kolaborasi dari berbagai sektor dan pemangku kepentingan. Melalui pendekatan yang holistik dan inklusif, akademisi, bisnis, pemerintah, masyarakat, media, dan orang tua dapat berperan aktif dalam mendukung anak-anak untuk tumbuh dan berkembang secara sehat, dengan memperhatikan nilai-nilai budaya bangsa yang telah membudaya dan menjadi dasar berperilaku masyarakat di Indonesia.