Our Blog

hands making heart shape over flowers

Inner Child Kerap Menghantui Diri Orang Dewasa

Penulis: Alda Anggini, S.Si.

GEKA.id – Pernah mendengar istilah inner child? Mungkin sebagaian orang tidak memahami istilah ini, namun inner child ini kerap menjadi suatu permasalahan yang terjadi baik pada diri sendiri maupun saat berhubungan dengan orang lain.

Inner child adalah bagian tersembunyi dari kepribadian seseorang yang ditandai dengan spontanitas, kesenangan, dan kreativitas yang biasanya disertai dengan kemarahan, sakit hati, dan ketakutan yang berasal dari pengalaman masa anak-anak.

Seseorang yang memiliki inner child ini dapat memengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Kenapa tidak? Masa anak-anak adalah masa golden age yang menjadi masa berharga untuk bertumbuh dan berkembang.

Anak-anak memiliki memori dan sensori yang lebih peka serta sebagai peniru ulung dari lingkungan di sekitarnya. Masa kecil seseorang akan berpengaruh terhadap perkembangan menuju dewasa.

Kejadian dan pengalaman yang baik atau buruk bisa jadi terkubur di alam bawah sadar, sehingga seringkali bisa terwujud dalam bentuk perilaku atau tindakan yang mengganggu kehidupan orang dewasa.

Namun perlu dipahami bahwasanya inner child itu bukanlah gangguan mental, namun hanyalah sebuah istilah Ketika seseorang tersebut mengalami hal yang bermasalah, tahapan badai dan stres.

Adapun tanda-tanda inner child terluka seperti:

  1. Memiliki perasaan bersalah yang berlebihan.
  2. Memiliki trust issue. Contohnya di masa kecil sering dibohongi dan dimanipulasi. Maka anda akan menjadi orang yang mudah curiga atau suudzon.
  3. Terlalu mudah marah. Marah yang berlebihan bisa berasal dari masa kecil yang sering mengalami ketidakadilan dan suatu peristiwa yang membuatnya frustasi, tapi tidak bisa mengungkapkannya.
  4. Takut menyatakan pendapat pribadi. Hal ini bisa jadi karena pola pengasuhan orang tua yang otoriter di masa lalu. Anak terbiasa mengikuti aturan, arahan, dan rencana orang tua tanpa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan menentukan pilihan.

Lalu bagaimana cara agar dapat berdamai dengan inner child yang bermasalah?

Disadari atau tidak, setiap kita pasti memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan entah itu dari orang tua ataupun lingkungan sekitar. Mungkin saat masa kanak-kanak kita sebagai anak kecil bingung cara merespon kondisi tersebut dengan baik. Bahkan kita tidak bisa membela diri dengan apa yang terjadi pada diri kita. Alhasil, kita memendam rasa sakit, kecewa, dan sedih tersebut sampai saat ini.

Namun yang harus diketahui jangan sampai kita melampiaskan rasa kekecewaan itu hingga merugikan orang lain. “kan aku sebel sama dia, karena dia seperti Ayah aku yang suka marah-marah ga jelas”. It’s oke. Namun alangkah baiknya jika kita coba kontrol dan berusaha untuk berdamai dengan diri sendiri misal dengan cara menangis, menulis buku, travelling, membersihkan ruangan, dan aktivitas positif lainnya. Maka itu jauh lebih baik. Karena aktif dan ceria itu juga termasuk sisi inner child pada diri kita. Maka coba hargai inner child kita yang mengarah ke hal-hal positif.

So, kita tidak akan pernah bisa meminta masa lalu kita harus seperti apa, namun kita bisa mengatur dan mengontrol diri kita sendiri akan menjadi apa. Kita juga tidak boleh selalu berlindung dari kata inner child ketika sedang menghadapi masalah. Karena sangat disayangkan jika inner child membuat kita menutup diri dan menghambat perkembangan diri.

Kirim Komentar

Tinggalkan Komentar

×

Powered by GEKA.id Chat

×